Kitties

Kitties

Sabtu, 18 Juni 2011

Jurnal 16 Juni 2011(02:30 - 03:00) ; Nyamuk, gerhana bulan, simba-ku malang

Jurnal 16 Juni 2011(02:30 - 03:00) ; Nyamuk, gerhana bulan, simba-ku malang

       Aku heran, seheran herannya dengan populasi nyamuk yang luar biasa padat di rumahku. Sesering apapun ia disembur dengan obat nyamuk, populasinya seakan tak juga berkurang. Empat kemungkinan terbersit di kepalaku: Pertama, terlalu banyak bunker-bunker persembunyian nyamuk di rumahku, sehingga memungkinkan mereka untuk berlindung saat serangan itu tiba. Kedua, terjadi kesalahan teknis pada saat penyemburan. Ketiga, mengkin saja si penyembur kurang profesional, atau, keempat, nyamuk-nyamuk itu bertambah kuat dari hari ke hari karena seringnya mereka diberi 'obat nyamuk' dan bukan 'racun nyamuk'. Entahlah.
        Karena tidak tahan dengan ganasnya serangan nyamuk yang merajalela, segera kutendang selimutku tinggi-tinggi(lebay mode on), dan bergegas mengambil senapan perang (red:semprotan nyamuk) dengan amunisi 1/4 dari kapasitasnya. Dengan senyuman sadis, kuarahkan senapanku dan mulai melakukan serangan balik secara membabi buta. Pasukan nyamuk itu mulai terbang berhamburan kesegala penjuru, menyelamatkan diri. Kukejar mereka dan mulai tertawa puas saat melihat mereka terbang mabuk di udara.
             " Tau rasa loe! hahaha, revenge is sweet" bisikku dengan seringai puas.
          Merasa cukup puas dengan aksi balas dendam itu, kembali kuletakan senapan dan mencuci tangan. Kulirik jam dinding di ruang keluarga, pukul 02:30 WIB.
            "Waduh, gue kan baru tidur jam setengah satu. Baru dua jam dong gue tidur. Mmmh! pokoknya kalo besok gue ngantuk di kantor, itu salah loe nyamuk-nyamuk ganas!" seruku kesal. 
            Kembali kulangkahkan kaki menuju kamar mungilku dan melanjutkan perjalanan ke pulau mimpi. Namun, baru sedetik kuletakkan kepala diatas bantal, bunyi hp dibawah bantalku mengagetkanku. 'Siapa yang SMS pagi banget, begini?' batinku bingung. Kuambil hp-ku dari tempat persembunyiannya dan melihat kotak masuknya. Nama 'Vido Salimo' tertera dilayarnya.'tumben mas Vido SMS jam segini' batinku. Tidak biasanya sahabatku yang satu itu SMS dini hari seperti ini. Kalau aku tidak terbangun karena nyamuk-nyamuk ganas itu, mungkin aku tidak akan mendengar dering SMS nya. Kubuka pesannya yang berbunyi "I'm awake suddenly and it's moon eclipse now. Come out. It's beautiful".
           " Gerhana bulan? bukannya gerhananya hari kamis ya?". Seingatku, sewaktu membaca artikel berita rabu tadi pagi, gerhana bulan total akan terjadi hari kamis dini hari. "Astaga. How stupid I am. Ya kalau sudah lewat jam 12 malam berarti sudah ganti hari dong!" Akupun bergegas menyambar jaket dan jilbab, bergegas keluar rumah untuk menyaksikan fenomena langka tersebut.
            "Teh, mau kemana?" tanya adikku yang terbangun saat aku 'gerabak-gerubuk' mencari jaket. Saat itu, nenekku yang hendak shalat Tahjud pun bertanya hal yang sama.
            "Mau liat gerhana bulan. Mau ikut?" Adikku menganguk dan bergegas membuntutiku.
            "Waduh, mana bulannya? cari, sad!" 
            "Ayo, ke Mushola aja!" Ajaknya
          "Perasaan waktu tengah melem beli mie di warung Akang, teteh liat bulannya keliatan dari jalan raya bukan dari mushola!"
          "Udah, ke mushola aja dulu, yuk!" bebalnya. Mau tak mau kuikuti kemauannya. Tapi sesampainya disana. Sang bulan belum juga terlihat. Sambil mencari-cari bulan, jemariku menari diatas key pad  Hp-ku, mencoba membalas SMS dari sahabatku. "Yes, me too. I'm out now, still looking 4 d moon" tulisku. Tapi sial, pesan itu tak terkirim entah mengapa. karena tak juga menemukan sang bulan dari sana, kuajak adikku itu ke arah berlawanan, ke tepi jalan raya. Tapi sayang langit diatasku kini mendung, aku baru saja berbalik karena putus asa tidak juga menemukannya, saat adikku menarik punggungku dan berseru "Itu, teh, bulannya!". Dan disana, di langit malam yang mendung, kupandangi bulan purnama yang mulai tertutup oleh bayangan bumi, sehingga rupanya menjadi bulan sabit. 
            "Teh, tapi ngga apa-apa kan liat gerhana bulan langsung? ngga ngerusak mata, kan?" 
            "Ngga' lah,, emangnya liat gerhana matahari? gerhana matahari yang ngga boleh diliat langsung!"
            "Ini baru mau gerhana bulan total atau udah mau selesai ya?" tanyaku. Adikku diam.
         "Loh, loh, kok bulannya ilang lagi? apa udah gerhana bulan total ya?" Tanya adikku saat sang bulan kembali menghilang. "Ngga' tau. Ketutupan awan kali...!! masa cepet banget ilangnya!" Jawabku tak sependapat. Dan benar saja, tak lama kemudian, bulan itu muncul lagi. Kami menatapnya selama sekitar 10 menit. "Kok lama banget sih gerhana bulan totalnya? Pulang aja yuk teh! ntar juga ada di berita. Asad ngantuk nyh!" Ajaknya. "Sebentar. Jarang-jarang tau bisa liat gerhana bulan." Sangkalku. "Ya udah, Asad pulang duluan ya" sontak aku berbalik "Jangan!". Jujur aku terlalu takut untuk berada di luar sendirian saat larut malam dan dini hari seperti ini. Akhirnya kamipun memutuskan untuk kembali ke rumah.
         Di jalan pulang, tak sengaja kulihat kucing kecil kesayangan kami duduk bertengger diatas tembok rumah tetangga. Oya, aku dan keluargaku memelihara kucing kecil berbulu lebat berwarna abu-abu dan putih, kucing kami itu sangatlah ganteng, namanya Simba. Karena kegantengannya, sahabatku yang bernama Karin 'si ratu kucing' berniat memboyongnya pulang, karena naksir si Simba, saat main ke rumah. Sayang, kucing itu pernah 'Poop' dan muntah didalam rumah. Karena waktu ia mengeong-ngeong minta keluar di suatu malam, tidak ada satu orangpun yang terbangun untuk membukakannya pintu. Sejak saat itu Ibu dan nenekku melarangnya masuk tidur di dalam rumah pada malam hari. Jadi beginilah nasibnya. Kedinginan diluar rumah.
         "Bawa masuk aja yuk, teh. Kasian Simba. Lagi juga kalo jam segini mah dia udah poop" ujar adikku. Aku mengangguk setuju. Sesampainya di rumah kembali kucoba mengirimi mas Vido SMS balasan, tapi gagal lagi. Aku masih penasaran dengan pemandangan gerhana bulan di langit Yogja, tempat ia berada saat ini. Akhirnya kucoba menelepon kekasihku terlebih dahulu  untuk membangunkannya. Memintanya melihat gerhana bulan di langit Pamulang, mungkin saja di saja langit Pamulang cerah pagi ini. Awalnya aku mengira ia tak akan terbangun, tapi senyumku mengembang saat suara serak-baru-bangun-tidurnya terdengar. Dengan semangat menggebu, akupun berkata: "Aa, bangun!! lagi gerhana bulan total nih!! keluar dong, tolong liatin gerhananya!soalnya disini mendung!" dan dengan bijaknya ia menjawab "Ngga' ah, biarin aja" jawabnya lesu. "Kok biarin aja?? 100 taun sekali loh adanya!!", "Ya biarin aja gerhananya, soalnya aku ngantuk" Jawabnya mencerahkan. "Ah, payah nih, ya udah sana tidur lagi!" balasku sebal. Pulsaku belum habis, tapi kenapa SMS ku tidak dapat terkirim? buktinya aku masih bisa menelepon kekasihku. Maka, kuputuskan untuk mencoba menelepon mas Vido. "Kalau ngga bisa, berarti emang pulsanya abis".
       Tapi ternyata pulsa di HP ku masih cukup untuk menelepon sahabatku yang satu itu. Kami pun berbincang-bincang via telepon selama sekitar dua menit. Ia menceritakan bagaimana indahnya pemandangan gerhana bulan yang dihiasi bintang gemintang disekelilingnya. Kebetulan langit Yogja saat ini cerah tanpa awan, katanya.  Tapi perbincangan kami terputus di tengah-tengah, pulsaku habis.
        Dengan pulsa habis dan kantung mata yang memberat, ranjang berkasur busaku seakan berubah menjadi magnet. Kuhempaskan badanku keatasnya. Lalu tertidur dengan nyenyak. Sampai seseorang berteriak. "Teteh awas simba ketiban!!". Tanpa kusadari, ternyata kucing kecil itu diam-diam melompat ke ranjang untuk tidur bersamaku namun bernasib sial. Maaf Simba, kucingku malang.





 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar